Laman

Kamis, 16 Februari 2012

NOL

*** NOL ***
mengandung arti yang cukup berat, nol memang tidak memiliki karakter pasti karena nol tidak berpihak.
nol tidak bisa dijelaskan bentuknya seperti apa, bulat ? lingkaran ? bundar ?
tapi nol tidak bisa disamakan dengan kosong, karena nol tidaklah kosong.
nol memang tidak berpihak tapi nol menghasilkan, menghasilkan nominal yang lebih lebih besar lagi. dan tanpa nol tidak ada pecahan seratus rupiah, seribu rupiah bahkan satu juta atau milyar.
tapi nol bukan cuma dikaitkan dengan nominal maka dari itu nol memiliki arti yang cukup berat.

--------------------------------- aku, ayahku dan sepeda ------------------------------
aku dan ayahku memulainya dari nol , ketika masa sekolah lanjutan pertama aku setiap pagi diantar ayah kesekolah baik sepeda (masih terbayang cape nya ayah bonceng aku tiap pagi sampai belakang sekolah). belakang sekolah, iya belakang sekolah. karena saat itu aku malu kalo temen2ku tau ayah cuma punya sepeda utk mengantarku, sementara yang lain diantar pake motor. jadi aku meminta ayah sampai belakang sekolah, dan ketika ayah mulai lelah ia membelikan aku sepeda bekas utk berangkat sekolah sendiri. sepeda itu ga aku bawa sampai sekolah, aku titipkan dirumah orang yg tinggal dibelakang sekolah. aku masih ingat betul ketika aku menggoes sepeda siang hari panas banget sepulang sekolah, ada yang meneriaki "hari gini naek sepeda!!hahaha" beberapa anak tertawa. rasanya mau nangis dan buru2 pulang
dan sekarang aku membuktikan pada dunia kalo aku bisa membelikan motor untuk dipakai keluarga. walaupun nyicil, tapi 2bulan lagi alhamdulillah lunas
ya . . . tekad itu begitu kuat

---------------------------- aku, ibuku dan istana kami --------------------------------
dulu aku menyebutnya bukan istana, tapi gubuk. sampai tetanggaku bilang "rumahnya ky mushola dikampung pak, cuma tiang dan atap aja" wajar kalau aku bilang gubuk karena saat pertama kami menempati rumah ini kondisi dalamnya masih kacau. lantainya masih tanah merah sehingga kami harus menggelar kardus2 sebelum meletakkan kasur diatasnya, dan harus memakai sandal didalam rumah, sementara dindingnya masih batako dan atapnya langsung asbes tanpa plafon. kalau masuk pintu gubuk itu semua terlihat luasssss karena ga ada satu tembokpun yang membatasi kamar2, cuma aku aja yg punya ide utk membatasinya menggunakan lemari2. sekarang rumahku hampir jadi rumah, karena sudah ada tembok yg membatasi kamar, tembok2nya sudah dicor, ada plavon, ada lantai cor. rumahku kecil, cuma ada 2kamar, ruang tamu yang cukup besar, dapur, toilet dan ruang belakang. tapi ini lebih baik daripada kami harus pindah2 lagi, nomaden dari kontrakan ke kontrakan lain. belum lagi kalau yg punya kontrakan sering protes sama suara berisik mesin jait mama, ya masalah inilah yg membuat kami terusir secara halus. terima kasih tuhan, semua ada tahapannya. memang belum utuh dan sempurna, tapi aku terus berusaha menjadikannya utuh karena kami mulai dari NOL.

---------------------- aku, gajiku dan kehidupan -----------------------
ini masalah karier, yang juga dimulai dari NOL. mulai dari seorang penginput data biasa dengan gaji tidak tetap, kadang terima 900ribu kadang terima 1juta. tapi dampang dari susunan2 angka nol tersebut seperti tidak berpengaruh sama sekali karena dengan gaji 900ribu kebutuhan ku cukup (atau dicukup2i ya) , kemudian dengan gaji 1juta masih juga cukup bukan lebih. heran deh
saat itu aku bekerja pindah2 tempat sesuai dimana aku ditempatkan, dan cost atau life expense aku lebih besar terutama di ongkos.
sekarang aku sudah jauh jauh jauh lebih baik, perlahan2 nominal itu terus bertambah sehingga saat ini menyentuh kepala 2 (seperti umurku yang sudah kepala 2, tapi apa hubungannya) . tapi yang masih diherankan itu, kenapa setelah pertambahan2 itu yang terlontar masih kata "cukup" bukan "lebih" .
aku pernah dengar, peningkatan pendapatan seseorang akan berbanding seimbang dengan peningkatan kebutuhan. ya aku paham, itu adalah tergantung rasa syukur seseorang itu sendiri. misalnya begini, ketika seorang dengan gaji 1juta, ia cukup dengan makan nasi warteg dan memakai pakaian yang dibeli dipasar dengan kualitas apa adanya. sementara ketika orang itu naik gaji, ia cukup dengan makan nasi padang dan memakai pakaian yang dibeli di mall. jadi ini ditentukan dari gaya hidup seseorang yang berubah, padahal klo saja ia masih bertahan dengan gaya hidupnya yang lama pasti kata "cukup" berubah jadi "lebih"

------------------------------- aku, temanku dan jilbab --------------------------------
JILBAB tidak bisa ditawar2 !!!
kalian pikir aku memakai jilbab tanpa perjuangan
saat itu aku kelas 3 SMK semester 2, yang artinya tinggal hitungan bulan aku lulus sekolah.
aku memakai jilbab karena terdesak, bagaimana tidak terdesak karena sebenarnya saat itu dengan kondisi keuangan keluarga yang pas2an ga mungkin banget buat beli baju muslim baru, kemeja lengan panjang, rok panjang dan ditambah jilbabnya. lah wong bajuku yang biasa aja udh lusuh ga diganti. nah mulai dari sinilah ceritanya!!
aku adalah seorang aktifis dakwah sekolah, lebih tepatnya salah seorang pengurus dari organisasi sekolah yang disebut ROHIS. semua teman2 perempuan seangkatanku sudah berjilbab, satu persatu yang sebelumnya tanpa jilbab pun ikut2an utk berjilbab. dan aku tidak bergeming karena alasan tadi, yang akhirnya mereka tau itu. hal yang mengharukan terjadi saat mereka patungan beliin sestel baju muslim dan minta bantuan sama alumni2 yang masih memiliki baju muslim yang bagus. disini lah aku terdesak, ga bisa nolak. padahal sebenernya batin belum siap, tapi sekarang aku ga pernah berpikir seperti itu lagi karena jilbab = wajib.
enough, itu kisahku. dan ini kisah temanku . . .
seminggu yang lalu temanku yang baru saja berjilbab (kurang lebih 3bulan) share kalo ada perang batin yang hebat dalam dirinya, dia mulai merasa ga nyaman dengan jilbabnya dan berpikir untuk melepasnya. dia udah konsultasi sama beberapa orang, tapi aku yakin sebenernya orang2 itu ga setuju tapi mau bagaimana lagi? daripada dia terus2an gelisah, akhirnya dia membuka jilbabnya pada hari sabtu. saat itu kondisi aman karena kantor sepi, tapi di hari senin dia nangis2 dan memelukku sambil berkata "gue malu jul, gue kok kaya yang hina banget ya" . ternyata melepas jilbab membuat hatinya semakin ga nyaman. aku yakin sebenernya ada alasan yg ga bisa diungkapkan, tapi ya sudahlah.
menurutku memakai jilbab ga harus menunggu kesiapan, karena dengan jilbab sifat dan sikap kita akan lebih ter-kontrol. akan ada rasa malu jika akan melakukan sesuatu buruk.
memakai jilbab itu juga dimulai dari NOL, perlu pembelajaran. bahkan sampai saat ini aku masih belajar, ga harus langsung memakai pakaian yang longgaaaar banget dan jilbab panjang. usahakan kalau keluar rumah aurat ditutup. itu aja dulu
"diibaratkan: seperti orang yang kelaparan dan hampir mati, sementara ada nasi dan telur tapi baru setengah matang. apakah dia akan memakannya walaupun setengah2 atau menunggunya sampai siap matang, padahal dia ga tau sampai mana nafasnya terhenti"

semuanya dimulai dari NOL
itulah 4 kisah yang cukup untuk mengartikan 3huruf yaitu NOL
maka dari itu aku bilang kalau NOL sangatlah berarti
saat ini aku merasakan lebih, aku merasakan hal2 yang enak2 karena dimulai dari nol.
tapi jangan sampai aku terbiasa dengan hal2 yang enak sehingga aku tidak mau lagi merasakan kesusahan
berikan aku secukupnya saja ya allah, sehingga aku tidak lupa dan tinggi hati.

tanpa teriakan anak2 itu mungkin aku ga punya motivasi
tanpa sindiran tetangga itu mungkin aku ga punya tekad besar untuk memberikan yang terbaik pada keluarga
tanpa rasa syukur mungkin aku ga pernah bisa menghargai NOL
tanpa teman2ku itu mungkin aku ga pernah mengerti arti dari sebuah PERJUANGAN
perjuangan yang dimulai dari NOL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar